Palu- Akademisi Universitas Tadulako Palu menyebutkan pabrik pengolahan kepala sawit perlu di bangun di Provinsi Sulawesi Tengah guna membantu menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

“Sulteng memiliki perkebunan sawit skala besar cukup luas, kenapa tidak pemerintah memikirkan upaya hilirisasi komoditas tersebut untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” kata Ahlis yang juga ahli ekonomi Universitas Tadulako ditemui di Palu, Jumat (22/3/2024).

Menurut dia sektor perkebunan juga berpotensi dapat menyumbang peningkatan ekonomi daerah bila dikelola secara optimal.

Baca juga: Bupati Morowali Utara cari solusi sengketa lahan SPN ke Kementan

Ia menyarankan Pemda setempat perlu membangun kolaborasi dengan investor sektor perkebunan sawit untuk mengembangkan komoditas itu hingga pada skema hilirisasi dari bahan mentah menjadi produk siap pakai.

“Sulawesi Tengah salah satu daerah yang menjadi proyek strategis nasional, maka peluang ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi. Dari sektor pertambangan, daerah ini sudah menghasilkan sehingga perlu dikembangkan sektor lain sebagai penunjang supaya terlihat beragam,” ujarnya.

Ia mengemukakan dari 13 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah sekitar tujuh kabupaten menjadi sentra perkebunan sawit yakni Kabupaten Buol, Tolitoli, Donggala, Poso, Morowali, Morowali Utara dan Banggai dengan jumlah produksi mencapai 370.335 lebih (BPS 2022).

Baca juga: Garis sepadan Danau Lindu diatur untuk kepentingan ekologis

“Selama ini buah sawit Sulawesi Tengah hanya diolah di luar daerah, padahal kalau diolah dalam daerah tentu ini bija menjadi nilai tambah. Saya kira potensi ini bisa menjadi bahan pertimbangan pemda ke depan, karena sawit merupakan salah satu komoditas penyumbang pendapatan negara,” kata dia menuturkan.

Bila Pemda berminat mengembangkan sektor ini, katanya, langkah awal adalah menyiapkan lahan untuk hilirisasi bekerja sama dengan pihak swasta, kemudian menyiapkan tenaga kerja siap pakai dengan membuka sekolah kejuruan perkebunan supaya penyerapan tenaga kerja dapat menggunakan warga lokal yang memiliki kemampuan di bidangnya.

Pemerintah Indonesia telah melakukan penanaman kembali seluas 200.000 hektar sejak tahun 2007 dan 180.000 hektar sedang dalam proses penanaman kembali pada tahun 2023 ini dengan alokasi anggaran sebesar 386 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit.

Baca juga: Gubernur Sulawesi Tengah pemungutan suara di Sigi

Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) produksi crude palm oil (CPO) dalam negeri mencapai 49,1 juta ton, dan produk CPO ekspor sebanyak 33 juta ton dari luas lahan 14,9 juta hektare pada tahun 2022. (Wan)

Baca juga: Investor pasar modal Sulawesi Tengah meningkat 48 persen